Payung Keberuntungan Ru

Payung Keberuntungan Ru

Penulis: Yanie Wuryandari

"Hei! Tunggu! Tunggu! Mana payungku!" teriak Ru 

Anak laki-laki kelas empat SD itu kaget sekali. Dia berusaha mengejar mobil mewah itu. Tetapi gagal.

Mobil itu berputar. Lalu meluncur pergi, membawa payung Ru. 

Bukan. Itu bukan payung Ru, tetapi payung Bu Alifia, guru ngajinya. 

"Bawa saja payung Ibu, Ru, hujannya deras banget. Kembalikan nanti pas ngaji lagi," itu kata bu Alifia tadi.

Ru atau Mahameru nama lengkapnya, berterima kasih pada gurunya itu. 

Siang itu dia pulang dari belajar mengaji di rumah bu Alifia, dengan payung pinjaman. 

Ru mampir ke supermarket. Membeli minyak goreng pesanan Mama. Lalu ada om-om mendekati Ru di depan supermarket itu.

"Dik, pinjam payungnya sebentar ya. Mau ambil payung Om di mobil. Nanti Om beri imbalan. Hujannya deras sekali," kata Om tadi

Tentu saja Ru meminjamkan payung itu. Bahkan dengan senang hati. Bukan soal akan dapat imbalan. Namun dia bisa menolong orang lain.

"Silakan, Om," katanya sambil mengulurkan payungnya.

Tetapi apa yang terjadi? Ini di luar dugaan Mahameru. Payung itu malah dibawa lari Om tadi.

"Keterlaluan," batin Ru.

Dia bingung. 

"Kalau kita meminjam sesuatu, harus dikembalikan. Kalau tidak dikembalikan, itu berarti kita berutang," Ru masih ingat kalimat Mamanya. 

Dia harus mengembalikan payung pinjaman itu. Namun bagaimana caranya? 

Tidak mungkin diganti dengan payung Mama. Mama pasti juga membutuhkan.

Dia juga tidak mau mengadu pada Mama. Mama akan ikut repot. 

Ru nyaris menangis. Dia ingin memaki-maki om yang jahat itu. Tetapi segera ingat kata-kata Papa.

"Kalau kita dijahati orang, kita termasuk golongan yang teraniaya. Tuhan akan mengabulkan doa mereka yang teraniaya. Tapi daripada kita mendoakan balas dendam pada orang jahat tadi, mending kita berdoa buat diri sendiri. Tuhan akan mengabulkan juga."

Ingat kata-kata Papa, Ru berhenti memaki dalam hati. Dia mengubahnya menjadi doa 

"Ya Tuhan, tolonglah aku dengan pertolongan terbaik-Mu, aamiin."

Sambil berlari dalam deras hujan, Ru terus mengulang doanya 

Tiba di rumah, didapatinya Mama sedang tidur. Ru meletakkan minyak goreng di meja. Dan dia melihat payung Mama di sudut dapur.

Mendadak, Ru menemukan ide. Dengan segera dia menyambar payung itu. Lalu berlari ke supermarket kembali.

"Ojek payung, ojek payung," teriaknya pada orang-orang yang berteduh.

"Sini, Nak, antar Oma ke mobil," panggil seorang Nenek.

"Habis itu, aku ya, Nak," seru Ibu di sebelahnya 

Ada belasan kali Mahameru mondar-mandir. Dari teras supermarket ke parkiran mobil. Dia tak mau melepas payung itu. Dia yang menggenggamnya. Lalu memayungi siapa saja yang membutuhkan. Ru tak mau tertipu lagi. 

Dia juga tak meminta imbalan. Berapa saja yang diberikan, dia terima dengan ikhlas. 

Ketika hujan reda, Ru duduk di sudut dan menghitung perolehannya. Ada 57 ribu rupiah. Alhamdulillah . 

Ru masuk ke dalam  supermarket. Di situ Ru menemukan payung persis seperti milik bu Alifia. Harganya 35 ribu rupiah 

Ru tersenyum bahagia. Dia sekarang tahu, terkadang musibah bisa berubah. Menjadi keberuntungan  karena doa yang indah. Terima kasih ya Tuhan. ***

Jakarta, 02 Februari 2022.

*gambar hanya pemanis

Postingan populer dari blog ini

Kisah Pengemudi Ambulance - Part 2

Jagoan

Kisah Pengemudi Ambulance - Part 1