Kenapa Rasa Telurnya Beda, Ma

Kenapa Rasa Telurnya Beda, Ma

Penulis: Trila Age

"Sonya sayang, ayo makan dulu yuk, mama masakin telur dadar lho."

Aku menghampiri anak semata wayangku yang sedang asyik bermain boneka di ruang tengah, dia tampak girang saat melihatku.

"Mama, Mama, rambut bonekanya tadi putus tapi udah aku ikat lagi, liat ma! Bagus kan?" Sonya menggoyangkan boneka pink pudar dengan rambut pirang dikepang itu didepanku.

"Iya, bagus. Nanti Mama jahitkan ya, biar gak putus lagi. Sekarang, Sonya makan dulu oke?" ucapku sambil mengusap lembut rambutnya.

"Oke," jawabnya antusias lalu mengacungkan jempol. Kemudian dia meletakkan bonekanya dan duduk bersila didekatku, lalu membaca doa makan.

"Alloohumma baarik lanaa fii maa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaaban naar, aamiin."

Suapan pertama, wajahnya tampak biasa saja. Aku menghembuskan nafas lega. Lalu pada suapan kedua, wajahnya tampak seperti berfikir. Aku menarik nafas.

"Ma, rasa telurnya kok beda," tanyanya dengan wajah polos.

Hatiku seperti ada yang mencubit, hanya ada sebutir telur dan beberapa canting beras untuk kumasak hari ini. Upahku sebagai kuli angkut batu ditepian sungai tak seberapa, terkadang aku juga menjadi buruh cuci untuk menambah pemasukan. Agar cukup untuk dimakan kami berdua, aku terpaksa menambahkan beberapa sendok makan tepung pada telur agar tampak banyak.

Semenjak ayah Sonya pergi untuk selamanya, tugasku sebagai tulang rusuk berubah menjadi tulang punggung. Maafkan Mama, Nak. Mama janji akan bekerja lebih giat lagi.

"Ma, mama kenapa nangis? Maafin Sonya, Ma...."

Usapan tangannya yang mungil dipipiku menyadarkan aku dari lamunan. Entah sejak kapan air mata ini menetes. Segera ku hapus jejak air mata dipipiku dan menatapnya sambil tersenyum.

"Kenapa minta maaf? Kan Sonya gak salah apa-apa," balasku.

"Sonya udah buat mama sedih," ucapnya.

"Mama gak papa kok, kalo kamu gak suka telurnya nanti Mama masakkan yang baru oke?"

Biarlah uang sisa mencucikan baju tetangga kemarin kubelikan beberapa butir telur untuk Sonya. Untuk makan besok, biarlah kupikirkan nanti.

Tiba-tiba Sonya meraih piring ditanganku lalu suap demi suap masuk ke mulutnya. Dia tampak mengunyah dengan semangat.

"Sonya suka ma, rasa telurnya enak kok," ucapnya dengan riang.

"Mama gak usah sedih ya, Sonya bakalan habisin masakan Mama. Terimakasih mama udah masakin makanan buat Sonya setiap hari," lanjutnya lagi.

Sontak aku tersenyum haru dan memeluk putriku erat. Terimakasih, Nak. Kamu mengerti keadaan kita sekarang.

06 Januari 2021

Postingan populer dari blog ini

Kisah Pengemudi Ambulance - Part 2

Jagoan

Kisah Pengemudi Ambulance - Part 1